Jumat, 01 Oktober 2010

BALADA SANG TUAN ( buruh upah harian )

Terpuruk dalam perekonomian seakan
membawa kisah berpetualang mencari dalam tingkah laku
yang penuh debu berat upah harian


dalam kesedihan dan jeritan auman kemiskinan
penguasa seakan tak memberi ketenangan dalam derita
beradu pikiran dalam persaingan
mencabik mencakar wajah raut muka yang gersang
terik menghancurkan nyali sang petualang 



 
didalam sepi sang majikan duduk bersilang kaki diatas singgasana
berkata kepada sang pesuruh kurir dalam buruh harian
berjiwa besar penuh ambisi juga penuh keserahkahan dalam monopoli perekonomian derita nasi bungkusan sang penerima upah


teropong hidup yang gelap tak terlihat entah akhir berujungnya dimana
balada sang tuan mengagumi layaknya raja yang berpesta pora dalam derita
rimba hutan pun dimulai
mempersiapkan belati dalam leher memeti api
siap menerima terburuk demi penantian




bercerita bertutur layaknya komentator sepak bola
dalam kata pena tertulis kisah tuan berdasi bersepeda dalam kereta mewah
duduk dalam pesakitan derita sang buruh upah