Jumat, 18 Februari 2011

BIOLA CINTA .. MELODI CINTA




bagaikan biola geseklah aku ke nada nada termanisku

bagaikan biola kendurkanlah senar senarku sampai terlepas jatuh
dan geseklah aku, geseklah aku, dengan keindahan irama hati
geseklah aku hingga beterbangan bunga api dalam hati

geseklah aku hingga malam tersipu sipu
geseklah aku sampai tercatat berapa derajat selsius, dua desimal di
belakang koma suhu nafasmu
geseklah aku, hingga badak yang Dikejar singa dalam diriku pun jinak
menjadi panda yang paling teddy bear cinta dihatimu

geseklah aku melebihi gesekan perebutan kekuasaan elit politik!
geseklah aku sehingga jarum jam membeku, dan detaknya luruh
hilang menjadi satu dalam ragamu

(bersamanya kita lupakan sejenak kritik sosial, malam ini sosial
sedang sudah lelah dikritik)

mari! sini! kugesek hingga ranggas semua dahan bertunas
hingga lepas segala cemas
larut mengerut lalu licin lembut laksana belut
yang liar mengobar debar dan lapar
yang cuma pudar dengan gerakan halilintar
pudar lapar-mu, tandus haus-mu, enyah dahaga-mu
aku sungguh cinta padamu 


geseklah akuuuu..kugesek kamuuuu
sampai-sampai seluruh jarum jam pun tak mampu menahan
hentakannya lajur sendiri
hingga serupa bingung yang hinggap menatap beratap
geseklah aku di setiap milimeter persegi permukaanku,
setiap dot per inch matrix pori poriku hadir dawai senar cintamu
mana rela aku membiarkan setiap titik nada ini terbuang..



mana rela aku mengacuhi setiap detik
sekalipun jarum jam membeku dan kini detik adalah nafas
napas yang merajut waktu, lalu kita seperti mengelupas

geseklah aku seraya aku memetakan geologi geografi dan topografi,
serta demografi segala perjalanan rasa rindumu yang membanjir
meruap ruah dalam atmosfir hatimu
lalu orang mengira peta itu perlu dirayakan kejadiannya
dan dibuatlah acara launching-nya mmm itula dawai peta terindah

menyaingi acara launching peta hijau jakarta buah ide pemain senior berlaga
ah biarkan jakarta menari
malam ini jakarta tak ada dalam peta
yang ada hanya kau, menipis nisbikan malam

menggesek habis waktu dan ruang
tapi, ini belum malam, sayang...
cemburukah malam bila kita memulainya pada senja?
tatap mu menggesek pandanganku, menyisakan cahaya lamat di
jendela,

yang aku tak pasti, apa itu bulan atau mentari, atau neon yang tak
bermarka waktu dalam nada termanisku biola cintaku padamu